SIANG hingga sore hari tadi sudut kota yang terletak di perbatasan antara Jakarta dan Depok diguyur hujan deras. Saking derasnya, ketika kita menengadah ke atas, yang terlihat bukan titik-titik air melainkan seperti air ditumpahkan dari ember.
Hujan deras itu mengunci saya di kamar. Udara dingin yang dihasilkan dari hujan berjam-jam itu membuat saya menggigil kedinginan. Biasanya ketika turun hujan, saya akan duduk-duduk di luar memandangi hujan sampai puas. Namun dengan hujan selebat ini, kali ini saya lebih memilih tetap di dalam kamar sambil menikmati secangkir lemon tea panas.
***
Hujan berhenti kira-kira seperempat jam sebelum adzan Asyar berkumandang. Sayapun mulai membuka kembali jendela kamar yang semula saya tutup untuk menghindari percikan air hujan. Tatkala jendela itu terbuka, udara sejuk langsung merebak masuk ke dalam ruangan. Bau udara itu lantas menuntun hidung saya keluar menuju taman di halaman depan yang masih sedikit berkabut selepas hujan.
Suasana taman selepas hujan nampak begitu menyenangkan. Daun-daun, pohon dan rumput semuanya basah oleh air hujan. Semut dan belalang nampak mulai keluar dari persembunyiannya. Seakan merayakan redanya sang hujan, mereka berloncatan riang di antara dedaunan dan rerumputan yang masih basah.
Melihat pemandangan elok tersebut tak lantas membuat saya tinggal diam. Sepersekian detik berikutnya saya telah siap dengan sebuah kamera yang terlebih dahulu telah saya set sedemikian rupa. Pada detik berikutnya, sayapun telah asyik di halaman, memotret-motret apa saja yang menarik untuk diabadikan. Berikut adalah hasil karya saya. Saya menamainya after rain photography. Foto selepas hujan.
Saya paling suka dengan sisa-sisa air hujan yang masih berada di dahan dan dedaunan. Sisa air tersebut seringkali membentuk butiran-butiran cantik yang berkilauan. Seperti permata. Bahkan menurut saya lebih indah daripada semuah permata.
Pertama kali saya tertarik pada butir-butir berkilauan itu adalah saat saya membaca sebuah dongeng yang berasal dari Asia Tenggara. Di dalam dongeng tersebut diceritakan kisah seorang puteri yang hendak dipinang oleh seorang pemuda. Namun sang puteri hanya mau dinikahi jika sang pemuda bisa mengabulkan permintaannya. Sang puteri meminta sebuah mas kawin yaitu sebuah kalung yang terbuat dari butiran-butiran embun.
Sejak saat itu saya jadi sering memperhatikan embun. Rupanya butiran-butiran embun itu memang terlihat sangat indah. Keindahan kilauan butirannya tidak ada yang menyamai. Saya diam-diam membayangkan, ada tidak ya teknologi untuk membekukan butiran embun ini?
Sebenarnya di halaman tersebut banyak sekali hal menarik untuk diabadikan. Ada bunga-bunga yang nampak sedang bermekaran di pot. Namun entah mengapa saya lebih tertarik untuk jalan-jalan di tengah rerumputan. Di sini saya mengambil beberapa gambar rumput dan ilalang yang bunganya sedang mekar.
Rumput berwarna kuning mungil ini adalah objek favorit saya. Di dalam foto ini saya berusaha mendedikasikan seluruh kemampuan terbaik saya untuk mengambil gambarnya. Dilihat dari hasilnya, nampaknya saya dapat menggunakan kamera dengan cukup lumayan. Proporsi gambarnya cukup bagus menurut saya.
Ini adalah cara saya belajar memotret. Dulu, seorang teman yang pandai memotret yang mengajari saya. Dulu ia pernah bercerita bahwa kunci menghasilkan foto/gambar yang indah tidak terletak pada kecanggihan kameranya, melainkan pada ide dan kreativitas yang dihasilkan oleh orangnya. Ia juga menambahkan bahwa objek yang difoto pun tidak harus objek yang penampakannya indah. Keindahan suatu benda dapat dicari sendiri oleh si fotografernya. “Indah atau tidaknya suatu benda tergantung bagaimana kita melihatnya”, begitu katanya. Dan benar, setelah saya banyak mempraktekkannya, dengan dua hal tersebut, setidaknya saya bisa menghasilkan foto yang cukup rupawan.
Saya dulu sering mengutuk kamera yang saya gunakan jika foto yang saya hasilkan tidak bagus. Saya bahkan sempat berkeinginan membeli kamera yang cukup andal digunakan. Namun belakangan saya mulai banyak belajar untuk tidak mengandalkan kamera canggih. Faktanya benar, canggihnya kamera tidak menjamin kualitas gambar yang dihasilkan. Ketika saya mencoba lebih jeli memotret hanya dengan kamera ponsel, hasilnya pun bisa dibilang lumayan.
Foto-foto inipun hanya saya ambil dengan kamera ponsel saya yang sudah usang. Berbekal suasana hati yang sedang bagus, saya asyik saja mengambil gambar. Nah, kalau Anda, bagaimana cara Anda memotret? Kamera apa yang Anda gunakan? Suasana seperti apa yang menurut Anda baik untuk memotret?
©Tina Latief 2016
Iiihhh…cantik2 bener fotonya…
Memang hujan tuh membawa aura tersendiri ya mba…
LikeLike
Terima kasih..
Iya mba hujan membuat suasana hati saya bagus tadi hehe
LikeLike
triknya dong mbak. saya juga cuma punya kamera ponsel. 1,3 mp pula.
LikeLike
Ya ampyuuun, kalo emang udah punya bakat mengcapture sesuatu yg cihuy plus kasih caption oye, jdnya sesuatuuuh
LikeLike
hahaha komennya juga sesuatu Mak.Makasih 😀
LikeLike
Aku juga suka ngutuk hp kalau hasil fotonya jelek hahaha. Ngutuk tapi pasrah wkwk. Selama ini foto cuma dari hp doang soalnya. Maunya sih punya mirrorless kaya orang2 tapi duitnya darimaneeeee 😦 huahahahahaha
LikeLike
Ikut lomba blog saja Fasya hehe, kali aja dapet mirrorless kalau memang ngebet pengen punya kamera 🙂
LikeLike
Lama nggak berkunjung dimari. Fotonya syantiek2 semua
LikeLike
Wah dikomen Mak Ika, makasih mak. Ajarin aku memotret dong mak..
LikeLike
Motret sehabis hujan justru nikmat ya mba, selain dapet udara seger, biasanya nemu objek2 foto yang menarik. Apalagi kalo masih agak2 misty gitu :D.
LikeLike
Kebetulan nemu hehe
LikeLike
memotret… dengan camera hati lebih clink ya mba…hahahah….
LikeLike
sepertinya begitu hehe
LikeLike
Cakep mba motretnya..biasanya tetesan air klo di foto orang lebih suka ke macro nya..
LikeLike
iya Mak Deasy, saya juga pakai macro settingnya
LikeLike
Bagusss gambarnyaa :))
Emang suasana setelah hujan itu sejuk banget dan bau tanah yg terkena air hujan itu aaah indaah 😀
LikeLike
air di daun aja jadi bagus bingiiittss, mbak ini emang berbakat sekali.. 🙂
kereen..
LikeLike
Hehe makasih 😀
LikeLike
kereeeeenn semua foto2nya mak. love them 🙂
LikeLike
Makasih mba..
Makasih juga kunjungannya 🙂
LikeLike
ngambil foto ketika selesai hujan itu bagus Tina, daun-daun jadi lebih seger dan kadang langit pun merekah, nga jarang keluar pelangi. aku juga sekarang nga terlalu mengandalkan kamera canggih. malah kemana-mana bawa kamera poket yang fungsinya juga sebagai kamera underwater karena gampang dibawa kemana-mana.
Lihat tulisanmu jadi nge-follow IG mu dech hehehe..
LikeLike
Makasih Mba Ade, tadi juga udah aku follback hehe 🙂
LikeLiked by 1 person
foto2nya bener2 ciamis .. eh ciamikk
pengen bisa moto kayak begini …
LikeLike
hehe makasih bang..
Kalau bang Jo sih tinggal jepret saja kan 🙂
LikeLike
setuju dengan tulisannya mbak, obyek yang mungkin dipandang sebelah mata oleh orang banyak kalo diambil dari sisi lain bisa menjadi lebih menarik. kadang saya juga iseng foto bunga rumput atau apalah, setidaknya puas dengan hasil jepretan sendiri walau banyak kurangnya. 😀
memang kamera salah satu kuncinya, tapi kunci utama tetep di siapa yang ngfoto, toh kamera jaman sekarang mau dslr, mirrorless, poket maupun kamera hp rata-rata sudah bagus semua. 😀
LikeLike
iya wong kamera ponsel sudah canggih-canggih 🙂
LikeLike