PAGI itu, tepat pukul 04.00 wib, Stasiun Pasar Senen sudah penuh sesak oleh calon penumpang. Antrean menuju peron mengular melebar tidak karuan. Banyak orang yang mulai tergesa, tidak sabar menunggu giliran.
Tidak hanya di pintu masuk peron, tempat peribadatan dan fasilitas publik lainnya pun penuh oleh pengunjung. Di antara suasana yang padat itu saya tengah berharap-harap cemas akan ada toilet kosong yang bisa segera saya gunakan.
Saat itu saya sakit perut tidak karuan. Saya ingat, sebelumnya saya makan beberapa keping keripik pedas. Saya memang sempat memprediksi efeknya, tetapi tidak menyangka akan separah ini jadinya. Hari itu, cerita tentang bagaimana saya heboh lari-lari mencari toilet menjadi catatan penting bagi saya dan rencana perjalanan saya. Bahwa sebelum bepergian, pastikan malamnya tidak ceroboh memilih makanan.
Fyuh…
Menuju Purwokerto, berkunjung ke Baturraden
PUKUL 05.30 kereta Kutojoyo Utara datang dan segera membawa saya bergerak meninggalkan Senen. Sesuai rencana, sebelum bergabung dengan rombongan menuju ke Nusa Kambangan, saya dan salah seorang teman akan turun di Purwokerto. Inisiatif ini kami lakukan karena kami ingin jalan-jalan sebentar, mengenal kota wisata di Purwokerto. Kabarnya ada tempat wisata menarik di Purwokerto, yaitu objek wisata Baturraden.
Sebelumnya saya belum pernah sekalipun ke Baturraden. Dulu saya hanya pernah mendengar cerita dari salah seorang teman yang pernah mengunjungi Baturraden di Purwokerto. Kebetulan rasa penasaran saya bertemu dengan timing yang tepat. Alhasil, hanya berbekal Google dan communication skill (baca: tanya sana-tanya sini), hari itu saya dan teman saya berhasil sampai di Baturraden.
Rupanya mudah saja ke Baturraden, dari depan Stasiun Purwokerto kita tinggal naik angkot G1 warna orange (Rp 3000), turun di Universitas Jendral Soedirman, naik lagi angkot warna hijau (Rp 7000), dan angkot akan berhenti tepat di depan objek wisata Baturraden.Sayangnya kami lupa kalau sekarang sudah musim hujan. Tatkala kami sampai, Baturraden diguyur hujan sangat lama. Mulanya kami ingin berlama-lama berteduh di pendopo, atau makan-makan dulu di pedagang satai di situ. Akan tetapi, saking penasarannya dengan Baturraden, saya memilih meneruskan jalan-jalan dengan berhujan-hujanan.
Trust me, bagi siapapun yang belum pernah mengunjungi Baturraden sekalinya ke sana pasti rela berhujan-hujan ria.
Saya tidak berlebihan, Baturraden memang tempat wisata yang sayang jika dilewatkan. Tempatnya sangat indah, terawat, bebas sampah, teratur, dan harmoni (entah kata apa lagi yang sesuai untuk menggambarkan Baturraden). Oh iya, satu lagi, harga tiketnya juga sangat terjangkau, yakni cukup dengan Rp 8000, 00 saja.
Baturraden memang nampak sebagai taman yang luas, namun di dalamnya ada berbagai spot dengan nuansa yang berbeda. Misalnya ada taman bermain untuk anak-anak lengkap dengan wahananya, ada wisata melamun yang lengkap dengan fasilitas alam yang indah, dan bagi yang ingin menjajal mandi air panas ada pula sumber air panas belerang yang mengalir dari atas hutan yang sangat hijau (Rp 10.000,00 saja).
Yang mengagumkan dari Baturraden, selain karena tempatnya juga indah adalah cara pengelolaan tempat wisatanya. Dari sekian taman dan tempat wisata yang pernahsaya kunjungi, Baturraden merupakan objek wisata yang berhasil menertibkan pedagang dan mengelola sampah dengan baik. Saya sempat berbincang-bincang dengan pengelolanya yang kebetulan ada di kantornya, saya menanyakan bagaimana sistem pengelolaan tempat wisata Baturraden. Rupanya, dalam menertibkan pedagang dan mengelola sampah pihak pengelola objek wisata punya strategi sendiri, yaitu dengan menyeleksi pedagang, melakukan training dan bagi pengelolaan sampahnya, selain mereka mentraining petugas kebersihan, mereka juga melatih para pedagang supaya betul-betul concern dengan timbulan sampah yang bakal muncul di setiap harinya.
Selain ngobrol dengan pengelolanya, saya juga pdkt dengan pedagangnya. Kebetulan yang saya temui pedagang aksesoris, mas Kevin. Menurut keterangan mas Kevin, setiap pedagang yang ingin masuk ke Baturraden tidak boleh sembarang pedagang. Setiap pedagang yang ingin bergabung dengan manajemen objek wisata tersebut harus ditraining, diajari untuk tertib dan disinergikan dengan masalah pengelolaan sampah sehingga masalah sampah menjadi tanggungjawab semua pihak.
Masalah sewa tempatnya, mas Kevin menjelaskan bahwa setiap periode waktu tertentu mereka juga ditarik iuran. Penarikannya tidak banyak, kalau tidak salah ingat hanya beberapa ribu rupiah saja. Yang penting di sini adalah bagaimana semua pihak saling menjaga objek wisata Baturraden. Jika pedagang mau tertib dan mematuhi aturan, mereka juga akan terus dipertahankan.
Well, menarik sekali. Jadi selama beberapa jam di Purwokerto saya tidak hanya jalan-jalan menikmati indahnya objek wisata, tetapi juga belajar tata kelola objek wisata. Saya jadi membayangkan bagaimana seandainya objek wisata di Jakarta juga diberlakukan hal yang serupa. Wah, agaknya objek wisata di Jakarta tidak akan kalah harmonisnya dengan Baturraden. Malahan mungkin akan lebih bagus lagi.
Ngomong-ngomong, di luar objek wisata Baturraden, saya juga mengagumi kota Purwokerto yang nyaman. Selama beberapa jam di sana, saya dapat menikmati nyamannya berkendaraan umum dan berjalan-jalan. Sopir angkotnya baik, tarif angkutannya juga tertib (tidak memanfaatkan pedatang). Suasananya hampir mirip Jogja, yang nampak begitu dinamis, ramah, dan tidak tergesa-gesa. Hanya saja saya kurang tau bagaimana dengan biaya hidup di sana he he…
Perjalanan ke Purwokerto saya cukupkan tatkala jam telah menunjukkan pukul empat. Kereta dari Jakarta segera tiba, itu tandanya saya harus segera bergabung dengan rombongan. Berlama-lama di Purwokerto mungkin saya akan betah, akan tetapi kapal di dermaga telah menunggu, siap berlayar. Masih ada banyak misteri kehidupan yang belum terpecahkan. Salah satunya yaitu misteri kehidupan di Pulau Nusa Kambangan.
Bagaimanakan kisah saya selama melakukan kunjungan di lembaga permasyarakatan Nusa Kambangan? Cerita bersambung ke Dari Senen, Baturraden, Hingga Pulau Nusa Kambangan bagian 2
©Tina Latief 2015
dari ceritanya keknya enak bgt keliling kota yang saya yakin dengan udara yang lumayan adem dan fresh gak seperti di Jakarta ya 🙂
good idea about the seller, emang udah paling bener kalau orang patuh peraturan, gak ada pedagang liar yg hustle dan nyusahin pendatang.
LikeLike
Iya kak, adem banget di sana. Kalau melihat ke puncak pengunungan banyak kabutnya..
Beda banget deh sama Jakarta, terutama soal kelanjaran berkendara, bedaaaaa banget..
Iya, aku kagum sama pengelolaan pedagangnya. Andai saja di semua tempat bisa begitu..
LikeLike
Ternyata Kota Purwokerto itu menyenangkan, adem dan sejuk, kirain sumuk 😳
Ternyata Batu Raden keren banget, kapan main kesana ya?
LikeLike
Dari mana tau kalau sumuk Diz? hehe
mainlah.. deket kok..
LikeLike
Wah, enak banget mba Tina bisa jalan-jalan. Dari posting ini yang menjadi daya tarik dan pemancing penasaran saya adalah bagaimana bisa mengelola pedagang itu dengan tertib pada sebuah obyek wisata. Ngga gampang lo… Jadi kebayang dengan obyek wisata di daerah saya 😀
LikeLike
Iya mas, ini ceritanya mencuri-curi waktu hehe
Oh memang mas di mana nih? boleh dong promosiin objek wisata di sana mas, kali aja saya bisa berkunjung hehe..
Iya, memang tidak mudah menata pedagang. Perlu pengorganisasian yang cerdas juga saya rasa..
LikeLike
Saya domisili di padang mba. Obyek wisata juga banyak disini.Cuman lantaran saya asli orang padang, jadi ga begitu berasa sama obyek wisata daerah sendiri. Kl mba mau kesini boleh banget, sapa tau mba senang dan puas, trus bikin artikel sendiri tentang obyek wisata sumatra barat.. sekalian numpang promosi daearah sendiri 😀
LikeLike
Wah Padang ya.. senang sekali dapat kenalan orang dari lain pulau 🙂
Saya baru sekali ke Sumatera mas, itupub baru ke Riau beberapa waktu lalu. Ceritanya di sini https://tinalatiefblog.wordpress.com/2014/08/31/menjejakkan-kaki-di-negeri-sawit/
Kalau ke Padang saya belum pernah. Semoga lain waktu ada kesempatan ke sana..
Hehe boleh-boleh besok saya promosikan 🙂
LikeLike
Keknya asik ya. Meski hujan, tapi worth it lah ya sama pengalamannya 😀
LikeLike
asyik banget Beb… hujan ngga masalah kok hanya sedikit kedinginan aja haha
LikeLike