
woman and his tool
Minggu lalu, akhirnya saya berhasil juga membeli serenceng peniti berukuran besar yang saya temukan di pendagang asongan yang kerap naik turun bus menjajakan dagangan alakadarnya. Rencana membeli peniti ini sebenarnya sudah muncul sejak minggu sebelumnya setelah peniti saya yang sebelumnya raib. Barang kecil, jadi mungkin tercecer entah kemana. Sudah menjadi kebiasaan, saya ingin menggunakannya sebagai alat pembersih telinga.
Mungkin alat ini dianggap sesuatu yang berbahaya dan tidak wajar untuk membersihkan telinga sedangkan ada alat seperti cuntton buds yang teksturnya lebih halus dan memang fungsinya untuk membersihkan telinga. Namun kenapa saya lebih memilih menggunakan peniti?
Ajaran ini berasal dari tante saya yang diperkuat oleh pendapat guru Biologi saya waktu SMA. Alasannya, dibandingkan dengan cutton buds, peniti justru lebih aman untuk membersihkan telinga dengan catatan pastikan aman dari karat, bersih dan penggunaan yang wajar. Ujung peniti yang bulat dapat digunakan untuk mengangkat kotoran telinga yang lekat di dasar kulit lubang telinga, terbukti setelah digunakan kotoran akan melekat di ujung lubang peniti. Menurut guru saya, cutton buds tidak banyak membersihkan, tetapi justru mendorong kotoran jauh ke dalam lubang telinga sehingga itu justru tidak aman utuk telinga.
Sebenarnya kotoran telinga ini berfungsi untuk melindungi telinga, salah satunya untuk melindungi lubang telinga dari hewan-hewan kecil yang mencari rumah atau sekedar penasaran saja dengan lubang menganga itu. Ketika ada binatang yang masuk ke dalam telinga, cairan di dalam lubang telinga itu akan berfungsi sebagai penghambat masuknya si binatang untuk lebih jauh lagi. Pertama-tama binatang akan susah bergerak, kemudian mati di dalamnya. Nah inilah yang perlu dibersihkan. Kalau ada yang berkata kotoran telinga tidak boleh dibersihkan, saya kira itu maksudnya jangan sampai membersihkan sampai melukai telinga.
Saya memang belum pernah berkonsultasi dengan dokter untuk membersihkan telinga yang baik dan benar. Sejauh ini saya masih memakai ilmu aliran guru Biologi saya yaitu peniti dan tissue. Saya juga belum pernah mendengar anjuran dokter untuk membersihkan telinga dengan peniti, namun setidaknya ini lebih baik daripada memasukkan kuku jari yang panjang ke dalam telinga. Sampai sejauh ini telinga saya terbukti masih aman dan dapat mendengarkan dengan baik.
Apakah Anda tertarik untuk mencobanya? Atau ada saran untuk saya? 😀
Jika berkonsultasi dengan dokter pasti sarannya malah tidak perlu membersihkan liang telinga sama sekali, kecuali jika orangnya punya kasus-kasus khusus ;).
LikeLike
wah mas dokter langsung ambil alih, 😀
kasusnya seperti apa itu mas? bukannya lubang telinga itu sama dengan lubang hidung ya..
soalnya saya pernah melihat orang yang telinganya itu penuh dengan warna kuning si kotoran telinga, itu membuat tidak nyaman..
LikeLike
Ya, seperti kasus itu 🙂
LikeLike
Saya juga malah sering pake peniti daripada cutton 😀
tpi bener tuh dengan catatan sewajarnya ajaa.. 😀
LikeLike
saya pikir cuman saya saja yang punya cara seperti ini, di Sirampog juga toh.. 😀
LikeLike
Kalo aku biasanya pake peniti dulu. Setelah menurutku kotorannya kena semua baru pakai cotton bud yang dibasahi air hangat sedikit. 🙂
LikeLike
ternyata engga cuman saya saja yah yang pakai peniti.. 😀
jadi ini penyesatan ke arah yang benar atau apa?
LikeLike
aku juga suka pakai peniti tapi sekarang pakai flash light earpick, enak untuk membersihkan telinga anak2 ada lampunya. kotoran juga bisa dicungkil keluar tida seperti cotton bud yang malah mendoron kotoran
LikeLike
maksudnya peniti itu, peniti yang seperti apa ya mbak ?
soalnya saya juga di rumah pakai pembersih telinga yang dari besi. bukan pakai cutton bads.
LikeLike
wah,saya pikir saya saja yang menggunakan peniti ternyata banyak juga toh yang menggunakanya
LikeLike
Hehehe, nyasar di tulisan ini juga pak..
salam kenal 🙂
iya saya juga pakai 😀
LikeLike